Internal link memiliki pengaruh yang sama dengan external link (backlink). Bedanya, pemilik website bisa mengendalikan 100% jumlah, lokasi, dan strukturnya.
Membangun internal link berarti membangun struktur website. Dan untuk membangun struktur yang kuat tidak cukup hanya mengandalkan ‘related posts’ dan link di menu navigasi. Ada tekniknya supaya website anda lebih kokoh.
Mengenai internal link
Supaya tidak salah pengertian, saya jelaskan dulu secara singkat pengertiannya.
Internal link adalah tautan (link) yang mengarah dari suatu halaman ke halaman lain di website yang sama. Sementara external link atau backlink berasal dari luar website.
Ada 3 tujuan utama dari link dalam website:
- Memudahkan navigasi pengunjung
- Membentuk struktur website
- Mendistribusikan otoritas ke halaman lain website
Jadi, kalau di website anda ada 1 halaman yang memiliki otoritas tinggi (karena backlink), anda bisa mendistribusikan kekuatannya ke halaman lain. Inilah pentingnya internal link.
Struktur website yang baik
Tadi saya sebutkan bahwa salah satu fungsinya adalah untuk membentuk struktur website. Alasannya karena halaman yang mendapatkan banyak internal link akan dianggap sebagai halaman pokok oleh mesin pencari.
Dalam panduan off-page SEO ini saya menjelaskan pentingnya link, internal link juga termasuk di dalamnya.
Berikut ini contoh struktur website yang baik (disederhanakan):
Setiap lingkaran menunjukkan satu halaman website dan garis menunjukkan link. Semakin besar lingkarannya, semakin besar pula otoritas dari halaman tersebut (karena linknya banyak).
Struktur seperti ini bagus karena ditunjukkan jelas konten mana yang utama serta konten-konten mana yang terkait dan mendukung si konten utama tersebut. Berkat ini, pengunjung dan mesin pencari dapat dengan mudah mengeksplorasi situs.
Sebagai contoh, di website PanduanIM.com panduan-panduan ini yang merupakan konten utamanya.
Konten utama ini banyak dihubungkan dan menghubungkan konten lain.
Mengapa ‘related posts’ tidak cukup
Banyak website, terutama blog dan toko online hanya mengandalkan related posts yang dibuat secara otomatis untuk membangun internal link.
Cara seperti ini tidak cukup bagus untuk membangun struktur website.
Oleh karena link di related posts dibentuk secara otomatis oleh sistem, anda tidak punya kuasa untuk menentukan halaman mana yang paling penting di website anda.
Akibatnya, struktur website jadi seperti ini (perkiraan kasar):
Dengan related posts, semua konten menjadi sama tingkatannya. Tidak ada konten yang dianggap penting, tidak ada konten penunjang. Ini karena satu halaman menghubungkan halaman lain tanpa bobot dan dengan kuantitas yang sama.
Kalau anda hanya memanfaatkan related posts, berarti sama saja anda cuma mengandalkan backlink untuk menentukan prioritas halaman. Kalah kuat dengan website yang mengandalkan internal dan external.
Selain itu, pengunjung juga lebih jarang mengunjungi halaman di related posts daripada internal link yang dibuat secara manual.
Konten utama
Dengan sengaja maupun tanpa sengaja, website anda pasti punya beberapa konten utama.
Konten utama ini biasanya isinya berbobot, proses pembuatannya paling memakan waktu, dan anda merasa paling bangga dengan isinya.
Kalau anda belum merasa punya konten utama. Periksa Analytics anda dan lihat halaman mana yang paling banyak dikunjungi selain homepage. Jadikan halaman-halaman ini sebagai halaman utama. Tingkatkan dan kembangkan kembali isinya.
Selanjutnya, konten-konten lain yang anda buat setelah ini baiknya merupakan turunan, penjelasan lanjutan, atau sampingan dari konten utama yang bisa dihubungkan kembali dengan internal link.
Konten-konten utama ini nantinya akan punya peluang yang tinggi untuk muncul di site links Google.
Tips membangun internal link
Berikut ini cara-cara yang anda lakukan untuk membangun internal link secara manual tanpa memanfaatkan plugin apapun untuk menciptakan struktur yang baik.
1. Sisipkan dalam konten
Bentuk link terbaik adalah yang berada di antara kalimat-kalimat dalam konten. Pertama, karena terlihat natural. Kedua, pengunjung lebih tertarik untuk mengklik. Ketiga, kaya dengan kata kunci.
Link menuju suatu halaman tertentu maksimal muncul sekali supaya tidak mengganggu pembaca. Lebih baik pasang link ke 2-3 halaman yang berbeda di 1 artikel daripada 2-3 ke halaman yang sama.
2. Gunakan anchor text
Sama seperti backlink, gunakan anchor text untuk menautkan ke setiap internal link. Jangan gunakan frase generik seperti “klik disini”, “halaman ini”, dsb untuk internal link kecuali terpaksa.
Jangan pula menggunakan frase yang terlalu dioptimasi. Sisipkan ke dalam kalimat secara natural supaya kalimat tetap enak dibaca tapi tetap mendeskripsikan link anda.
3. Hindari link menuju halaman berikut
Jangan memasang link ke homepage dari dalam konten karena sudah banyak link di website anda yang menuju homepage. Jangan pula memasang link ke halaman sendiri, percuma.
Halaman lain yang tidak perlu anda optimasi terhadap mesin pencari seperti kontak, tentang, dan peraturan juga tidak perlu ditautkan.
4. Hubungkan halaman yang relevan saja
Internal link yang anda pasang harus ke halaman yang bertopik serupa. Misalnya halaman 1 bertopik resep tahu goreng, halaman 2 bertopik resep tempe goreng, halaman 3 bertopik sepeda motor.
Anda bisa saja menghubungkan halaman 1 dan 2, tapi jangan pernah menghubungkan halaman 3 dengan 1 dan 2.
5. Dofollow
Hati-hati jangan memasang rel=”nofollow” untuk seluruh link yang ada di halaman website anda. Link nofollow dianggap tidak mendistribusikan otoritas halaman ke halaman lain, jadi akan percuma secara SEO.
6. Jangan mengganggu kenyamanan
Hal apapun yang anda lakukan di website anda sebaiknya tidak mengganggu kenyamanan pembaca, termasuk internal link.
Artinya, jangan memasang link terlalu banyak dan jangan memasang link yang tidak relevan.
Seberapa banyak sih terlalu banyak itu? Tergantung dari panjang artikel anda.
7. Batasi jumlah site-wide link
Site-wide link adalah link yang muncul di semua halaman website anda, misalnya link di navigasi header, sidebar, dan footer. Link-link yang kebanyakan ini tidak akan berdampak positif, justru menyebabkan struktur anda jadi kurang bagus dan membuat pengunjung terganggu.
Penutup
Inilah teknik membangun internal link secara manual untuk mendapatkan struktur yang baik. Dalam proses pembuatan website, apapun yang dilakukan secara manual biasanya memberikan hasil yang lebih baik daripada serba otomatis.
Silahkan meninggalkan komentar atau menuju panduan SEO ini kalau anda ingin belajar lebih lanjut.
kizeh
tepat sekali mas , saya setuju dengan yang nomor 7 , karena kalau kita memasang internal link tapi menganggu kenyamanan akan memberi citra buruk kepada blog kita , makanya cantumkan yang relevan saja .
Aplikasoft
Maaf mas, saya masih belum paham dengan kata kata ini: batasi jumlah site-wide link. Cara membatasinya gimana??
Darmawan
Contohnya di website ini site-wide link muncul di sidebar dan di navigasi paling atas (karena kedua elemen ini muncul di semua halaman website).
Untuk membatasi jumlahnya, jangan taruh link terlalu banyak di lokasi-lokasi tersebut. Taruh yang paling penting saja.
Ajwa
Mau tanya om, Apakah anchor text untuk tautan link ke halaman yang di tuju itu harus mengandung keyword halaman yang di tuju tersebut.
Misalnya di sebuah blog dengan 100 post dan ada satu halaman yang diprioritaskan dan halaman tersebut membidik kata kunci “Jual sepeda motor” apakah dalam membangun internal link dari 100 posts tersebut lebih baik di buat anchor text “Jual sepeda motor”
Darmawan
Karena ini internal link, jadi semua anchor text ada dalam kendali kita. Anchor dengan keyword secara prinsipnya lebih bagus daripada non keyword.
Jadi usahakan anchor internal link mengandung keyword. Tapi.. kalimatnya harus alami tidak dipaksakan hanya untuk mengincar keyword.
Bagus
Mas terima kasih atas artikel-artikel Mas Darmawan, saya mengikuti dari satu artikel ke artikel yang lain dengan “nyaman sekali” bacanya, tata bahasanya top markotop, hehe. Saya sedang belajar termasuk masalah internal link ini. Ada yang ingin saya tanyakan mengenai jumlah ideal internal link dalam suatu artikel itu menurut Mas Darmawan sendiri berapa persen dari jumlah kata ? Misalkan dalam 1 artikel terdiri dari 1000 kata, berapa internal link yang menurut Mas Darmawan maksimal tapi juga tidak berlebihan agar tidak membawa dampak negatif pada website ?
Kemudian apakah letak internal link itu sendiri juga berpengaruh ? Misalkan apakah internal link di bagian atas pada suatu artikel lebih baik ketimbang bagian bawah ? Terima kasih perhatiannya. Sukses Mas
Darmawan
Gak perlu bingung dengan jumlah dan letaknya mas.
Yang terpenting tujuan dari internal link itu, kita membuat internal link yang membantu pembaca, memudahkan mereka dalam melakukan navigasi dari konten satu ke konten lain yang berhubungan & bisa menambah ilmu mereka.
Selama tujuan ini kita penuhi, berapapun jumlahnya gak masalah. Posisikan diri kita sendiri sebagai pembaca, kalau kita merasa terganggu dengan link tersebut berarti kurang bagus.
Zhaahir
Awal mula saya baca artikel ini, karena membaca ebook anda yang berjudul 23 Langkah Meningkatkan Pengunjung Blog Anda. Saya baca, pahami, pelajari dan praktekkan. Panduannya sangat berguna buat saya pak.
Artikel mengenai struktur website ini juga sangat membantu pak. Membangun website atau blog yang berkualitas memang tidak instant, dibutuhkan kegigihan dan kerja keras. Dan yang pasti, harus bisa memberikan manfaat bagi yang mengunjunginya.
Salam kenal pak, saya Zhaahir :).
F. Agung Prasetya
Saya juga setuju tentang “Mengapa ‘related posts’ tidak cukup”…
Kasus ini saya alami sendiri, karena saya terlalu percaya diri hanya dengan memasang relatedpost, pageview akan meningkat, padahal sebaliknya.
Kekurangan penggunaan relatedpost
1. Biasanya terletak dibawah artikel
Sedangkan pembaca, jarang yang baca sampe selesai artikel. Apalagi untuk nyecroll kebawah liat relatedpost.
2. RP tidak bisa membedakan mana konten utama
Seperti yang mas darmawan jelaskan diatas, akibatnya tingkat relevansi link jadi rendah. Alhasil, peluang mendapat kliknya pun rendah.
3. Memasang widget yang berbau otomatis biasanya mau tidak mau, menggunakan javascript. Dan ini akan membuat blog berat.
Terimakasih untuk ilmu dagingnya… berjam-jam baca artikel PanduanIM dari abis sahur sampe jam 10 gak bosen-bosen, cuma keburu puyeng matanya mas. 🙂