SEO itu selalu berevolusi dari tahun ke tahun dan sesuai dengan teori evolusi, yang tidak mampu beradaptasi akan segera tereliminasi.
Kalau dulu mungkin kita masih bisa mempermainkan sistemnya. Tapi sekarang karena algoritma yang terus-menerus diperbaharui, celah-celah semakin sempit. “Trik” yang dulu ampuh pun sekarang jadi kadaluarsa. Apa saja trik-trik itu?
Pernah dengar ibarat pikiran yang seperti gelas penuh? Gelas yang penuh tidak bisa menerima air yang fresh karena masih penuh dengan air yang lama. Kira-kira maksudnya pikiran yang sudah dipenuhi dengan pola pikir lama biasanya menolak pola pikir baru.
Untuk anda yang gelasnya penuh, sebelum membaca artikel ini silahkan kosongkan dulu gelas anda.
1. Keyword density pada konten
Dulu, kalau kita ingin mengoptimasi artikel degan keyword “cara menurunkan berat badan” kita akan pakai keyword ini di judul, URL, meta-description, kalimat pertama artikel, kalimat terakhir artikel, dan diulang beberapa kali di badan artikel.
Walaupun kalimatnya tidak enak dibaca, tidak masalah, asalkan keyword density tembus sekian persen, begitu kan?
Tapi sekarang yang seperti justru bahaya karena malah dianggal spamming oleh mesin pencari. Sekarang ini mesin pencari besar sudah mampu “membaca” artikel.
Sejak Google menggunakan sistem LSI (Latent Semantic Indexing), artikel yang dioptimasi dengan keyword density sudah kalah dengan artikel yang ditulis secara natural.
Solusi: daripada capek-capek menghitung keyword density, lebih baik sekarang ikuti petunjuk ini dalam menulis konten (diterjemahkan dengan penyesuaian dari SearchEngineJournal.com) :
- Kalau judul halaman anda Belajar Bermain Tenis, pastikan artikelnya tentang tenis
- Jangan menggunakan keyword berlebihan dalam konten karena akan terlihat seperti menumpuk keyword dan anda akan dicap buruk oleh mesin pencari
- Jangan gunakan software article spinner, hasilnya tidak terbaca
- Kalau anda menggunakan layanan penulis artikel, pilih yang berkualitas
- Cek Google Webmaster Tools untuk melihat website anda terrangking dengan keyword apa
2. Satu website fokus satu keyword
Sekitar tahun 2010-2012, Micro Niche Site (MNS) dan Exact Match Domain (EMD) merajalela.
Saya juga dulu salah satu yang ikut menikmati hasilnya karena waktu itu memang gampang sekali untuk mendapatkan uang dari MNS dengan EMD.
Buat yang belum pernah dengar 2 istilah tadi, MNS adalah website mikro yang hanya fokus di 1 keyword misalnya “cara menyembuhkan ambeien”. EMD artinya kita menggunakan nama domain yang sama persis dengan keyword, jadi untuk keyword tadi domainnya adalah caramenyembuhkanambeien.com/net/org.
Disebut mikro karena hanya isinya sedikit, sekitar 5 artikel biasanya sudah cukup.
MNS sekarang sudah sangat jarang, kecuali untuk keyword yang persaingannya sangat rendah. Alasannya karena Google paham kalau website seperti ini minim informasi. Selain juga karena LSI yang saya sebutkan tadi.
Solusi: jangan lagi membuat website yang hanya fokus di 1 keyword tapi di banyak keyword dalam 1 niche. Misalkan untuk topik ambeien tadi maka di dalamnya anda bisa membuat konten dengan berbagai topik turunan misalkan cara menyembuhkan, penyebab, gejala, dan lain-lain.
Dengan demikian, website kita jadi kaya dengan informasi.
3. Banyak halaman banyak pengunjung
Yang satu ini kira-kira mirip dengan kesalahan persepsi kuno di masyarakat Indonesia yang menganggap “banyak anak banyak rejeki”.
Banyak anak itu bukannya dilarang, tapi kalau punya banyak anak merawatnya susah karena butuh banyak usaha supaya anak-anak ini bisa menjadi orang yang berkualitas. Kalau salah merawat justru hidup kita bakal susah.
Kembali ke topik. Banyak pemilik blog yang berlomba-lomba membuat banyak artikel supaya halamannya banyak karena percaya persepsi tadi.
Memang tidak salah tetapi membuat banyak artikel itu membutuhkan usaha. Kebanyakan dari kita memilih jalan pintas dengan cara membuat konten yang tidak berbobot atau menggunakan jasa penulis artikel yang juga tidak berbobot (supaya murah).
Solusi: yang mempengaruhi kualitas website itu bukan banyaknya halaman tapi kualitas dari masing-masing halaman.
Kalau kita lihat website-website di halaman 1 Google memang dominan isinya website yang banyak halamannya. Tapi sebenarnya yang menentukan bukan jumlah halamannya tapi kualitas halamannya dan relevansinya.
4. Banyak huruf banyak pengunjung
Ini juga persepsi yang ketinggalan jaman. Yang menentukan kualitas konten bukan dari jumlah hurufnya tapi dari isinya.
Lagi-lagi karena Google dan mesin pencari lain sudah menggunakan LSI maka mereka bisa mengetahui bobot dari artikel kita.
Biasanya ini kejadiannya kalau kita menggunakan jasa penulis artikel, karena mereka dibayar per sekian ratus kata makanya mereka berusaha bagaimanapun caranya supaya artikelnya bisa dibayar mahal dengan
Karena saya juga pernah sering pakai jasa penulis artikel, jadi saya tahu betul seperti apa kualitas sebagian besar penulis artikel blog yang kita temui sekarang.
Solusi: untuk anda yang menulis konten sendiri, jangan terlalu terfokus dengan jumlah huruf. Fokus pada proses pembuatan konten agar berbobot. Jangan gunakan kalimat yang bertele-tele.
Sedangkan untuk anda yang menggunakan jasa penulis, pastikan kualitas dari si penulis. Saat membuka lamaran, minta contoh tulisan-tulisan yang sudah pernah dipublikasikan agar kita bisa lihat kualitasnya.
5. Terlalu fokus dengan kuantitas backlink
Teknik SEO yang sangat populer sebelum kemunculan Google Penguin, membuat backlink sebanyak mungkin.
Sejak kemunculan Penguin, Google sudah bisa membaca kualitas backlink kita. Sehingga jumlah tidak penting lagi, yang penting kualitasnya.
Membuat backlink dengan jumlah besar sangat-sangat mudah, apalagi dengan adanya program bot yang bisa membuat backlink dari berbagai website dengan otomatis. Ditambah banyaknya jasa backlink yang menjanjikan ribuan backlink dengan biaya rendah.
Solusi: backlink yang dianggap penting oleh mesin pencari adalah backlink yang relevan dan berasal dari website yang juga berkualitas.
Karena itu, jangan menbangun terlalu banyak backlink dari website-website sampah. Apalagi menggunakan jasa backlink yang berkualitas rendah.
Dapatkan backlink secara natural dan bangun backlink yang berkualitas. Ikuti panduan link building ini.
6. Terlalu bergantung dengan peringkat di Google
Untuk menjelaskan poin #6, coba perhatikan gambar di bawah.
Ini adalah fitur Google Personalized Search dalam menampilkan hasil pencarian. Default-nya, hasil yang diperlihatkan untuk kita adalah yang private results.
Sejak adanya fitur ini, hasil pencarian di masing-masing komputer tiap orang berbeda-beda karena dipengaruhi faktor seperti cookies dan Google Plus. Hasil pencarian yang muncul di komputer saya bisa berbeda total dengan yang muncul di komputer anda.
Yang sering terjadi akibat fitur ini adalah website milik kita sendiri muncul di peringkat 1 sewaktu kita coba mengecek rangking dengan keyword tertentu di komputer kita. Padahal di komputer orang lain, website kita tidak muncul sama sekali.
Solusi: melihat rangking memang kadang masih diperlukan, tetapi yang lebih penting adalah melihat statistik website kita di Google Analytics atau tool sejenis yang lain.
Jangan terobsesi dengan rangking di hasil pencarian Google. Walaupun anda sudah ada di peringkat 1 jangan puas dulu.
7. Mengandalkan sisi teknikal
Kalau kita lihat perubahan yang terjadi dalam beberapa tahun ke belakang, Google ingin merubah sifat SEO dari teknikal menjadi marketing atau pemasaran.
Dulu yang diperlukan untuk mengoptimasi website adalah keyword, URL, judul, backlink. Tapi sekarang, yang lebih penting adalah bagaimana membuat konten yang baik dan memasarkannya.
Solusi: prioritaskan pemasaran website anda, bukan segi teknikalnya (keyword, URL, backlink, dll). Kalau kita lihat jenis-jenis backlink yang saat ini dianggap berkualitas oleh Google adalah backlink yang didapat dengan cara memasarkan website kita kepada orang lain.
Social media pun harus kita akui menjadi sangat penting walaupun mungkin tidak berpengaruh langsung terhadap SEO.
Berbicara masalah SEO agak membingungkan. Teknik yang pernah saya pakai adalah no #3. Tapi sekarang sudah tidak lagi.
Ketika membaca ulasan dari Brian Dean (backlinko) mengenai kuantitas posting, akhirnya saya memutuskan untuk menulis dengan fokus kepada kualitas..
… 1 artikel untuk menarik ribuan pengunjung. Bukan sebaliknya.
Yang agak aneh, saya belum bisa menemukan formula tepat untuk menghasilkan tulisan yang disukai Search Engine.
Ada tulisan yang hanya 400 kata, tetapi nancep di ranking pertama. Ada pula yang perlu hingga 2000+ lebih.
Dan selama ini saya tidak memikirkan backlink.
Hanya saja jika melihat blog yang [diperkirakan] banyak visitornya, selalu saja mereka bermain di poin ini, yakni backlink.
Dan cara merekapun sangat kuno: membangun backlink dengan blog dummies kemudian menginjeksi blog dummies dengan backlink.
Kenyataannya, peringkat mereka tinggi. Atau dengan kata lain, sangat mudah merangsek ke pejwan (meskipun tiap komputer berbeda).
Tapi… apapun itu, meskipun kompetitor dipersenjatai dengan ribuan backlink tetap saja saya bisa meraih pangsa pasar mereka.
Dan, menurut saya website tanpa backlink building lebih aman untuk beberapa tahun ke depan.
Tidak lupa, saya sedang membandingkan antara artikel yang diberi backlink dan yang tidak.
Dengan kata kunci yang sama – domain yang berbeda, saya ingin melihat apa yang terjadi 6 bulan ke depan.
Mungkin saya akan share di sini… jika dizinkan…
Beda kata kunci, tingkat persaingannya juga beda. Jadi artikel yang kualitasnya sama, performanya akan beda untuk tiap kata kunci.